MAKALAH
Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americana
Mill.)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia yang diampu oleh Prof. Dr. Sri
Atun, M.Si.

Oleh
Din
Azwar Uswatun, S.Pd.
NIM
13708251080
PENDIDIKAN
SAINS
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring berkembangnya zaman dengan arus globalisasi yang
semakin meningkat, maka dapat berpengaruh terhadap manusia dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dampak negatif yang dapat dirasakan yaitu terjadinya
perubahan lingkungan dan perilaku manusia ke arah yang tidak sehat, misalnya
polusi yang semakin meningkat, pola makan yang semakin buruk, dengan teknologi
yang maju manusia cenderung malas dan kurang gerak. Hal ini dapat memicu
berbagai macam penyakit yang dapat menyerang manusia yang tidak jarang penyakit
tersebut sangat mematikan.
Penanganan berbagai penyakit secara umum yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis.
Penanganan secara farmakologis dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu
penanganan farmakologis juga mempunyai efek samping. Efek samping tersebut
bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan. Penanganan non farmakologis
meliputi penurunan berat badan, olah raga secara teratur, diet rendah garam dan
lemak, serta terapi komplementer. Penanganan secara non farmakologis sangat diminati
oleh masyarakat karena sangat mudah untuk dipraktekkan dan tidak mengeluarkan biaya
yang terlalu banyak. Selain itu, penanganan non farmakologis juga tidak memiliki
efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan farmakologis, sehingga masyarakat
lebih menyukai non farmakologis daripada secara farmakologis.
Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam
menyembuhkan penyakit adalah dengan terapi herbal. Kandungan senyawa kimia dalam bahan alam tertentu dapat
digunakan dalam bidang kesehatan. Berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai
sumber obat seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur dan
bunga-bungaan serta tumbuhan liar.
Daun alpukat merupakan alternatif yang baik mengingat persebarannya
yang luas di masyarakat sehingga mudah didapatkan dan harganya tidak mahal. Daun
alpukat telah diuji penelitian mengenai kandungan zat aktifnya, terbukti memiliki
kandungan flavonoid, saponin dan steroid. Zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat
bersifat sebagai peluruh kencing (deuretika), hipotensi (dapat menurunkan tekanan
darah), antiradang (anti-inflamasi) dan pereda rasa sakit (analgetik). Pada tanaman
ini yang bersifat antiradang dan analgesik dimaksudkan juga untuk mengobati/meredakan
gejala akibat hipertensi seperti sakit kepala, nyeri syaraf dan rasa pegal.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Apasajakah
kandungan kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea americana Mill.)?
2. Apasajakah
manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan?
3. Bagaimana
keamanan konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
pengobatan?
C.
Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
kandungan kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea americana Mill.).
2. Mengetahui
manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan.
3. Mendeskripsikan
keamanan konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
pengobatan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Jenis
Tanaman Alpukat
Tanaman
alpukat (Gambar. 1) merupakan tanaman
buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa
Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega,
jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari
dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada
abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi
20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat,
khususnya di daerah dataran tinggi (Kemal Prihatman, 2000:1).

Gambar
1. Tanaman Alpukat
Klasifikasi
lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill (Kemal
Prihatman, 2000:1).
Alpukat
tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan antara 1.800-4.500
mm/th. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan
ini tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi, kelembaban rendah pada saat
berbunga dan angin yang keras pada saat pembentukan buah. Di Indonesia, tanaman
alpukat tumbuh pada ketinggian tempat antara 1-1.000 m di atas permukaan laut
(Prawita, 2012: 4).
Pohon
alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat,
warnanya coklat kotor, bercabang banyak, serta ranting berambut halus. Daun
tunggal, dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung
ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit,
ujung dan pangkal runcing, serta bertulang menyirip. Ukuran daun panjang 10-20
cm, lebar 3-10 cm, daun muda bewarna kemerahan dan berambut rapat, daun tua
bewarna hijau dan gundul, serta memiliki rasa pahit (Prawita, 2012: 4-5).
Pohon
ini berbunga majemuk, berkelamin dua, dan tersusun dalam malai yang keluar
dekat ujung ranting. Bunga tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan
memiliki ukuran 5-10 mm. Buah alpukat bertipe buni, bentuk bola atau bulat
telur panjangnya 5-50 cm, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua
hingga ungu kecoklatan berbiji satu. Buah tumbuh tergantung pada varietasnya.
Daging buah alpukat berwarna hijau dekat kulit dan kuning muda dekat biji yang
memiliki tekstur lunak dan lembut. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm,
keping biji putih kemerahan. Perbanyakan tanaman alpukat dengan biji dan
okulasi pada tanah gembur dan subur (Prawita, 2012: 5).
B.
Kandungan
Kimia Daun Alpukat
Hasil penelitian yang
telah dilakukan Maryati dkk (2007) bahwa penapisan fitokimia daun alpukat (Persea
americana Mill.) menunjukkan adanya golongan senyawa
flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/triterpenoid. Kandungan
kimia daun alpukat juga dibuktikan oleh Antia et al., (2005) bahwa ekstrak daun alpukat mengandung saponin,
tanin, phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan polisakarida. Penelitian lain pada
ekstrak metanol pada daun alpukat juga mengandung steroid, tanin, saponin,
flavanoid, alkaloid, fenol, antaquinon, triterpen (Asaolu et al, 2010 dalam Prawita, 2012: 5).
Tabel
1. Struktur Kimia yang Terkadung dalam Daun Alpukat
![]()
(a) Flavonoid
|
![]()
(b) Triterpenoid
|
![]()
(c) Kuinon
|
![]()
(d) Steroid
|
![]()
(e) Tanin
|
1.
Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu
golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung atom
nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol dan sering digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa yang mempunyai satu
atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan dan sebagian dari sistem
siklik (Harbone,1996) dalam (Nilda, 2011).
Nilda (2011) hasil
penelitian menjelaskan bahwa isolat fraksi 7 dari daun alpukat (Persea americana Mill) yang ada dalam
ekstrak kental metanol merupakan senyawa alkaloid aromatik. Senyawa alkaloid
aromatik memiliki karakteristik: N-H (3311,55 cm-1), C-H alifatik (2921,96
cm-1), C-N (1130,21 cm-1), C=O (1735,81 cm-1), C-H aromatik, gugus N-C=O
(580,53 cm-1), dan didukung oleh data spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan
adanya gugus C=O dan gugus N-H.
2.
Flavonoid
Istilah flavonoida
diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama
salah satu jenis flavonoida yang terdapat dalam jumlah besar dalam tumbuhan.
Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto
dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada B dari cincin
1,3-diarilpropanan dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik. Flavonoid yang lazim adalah flavon, flavonol, flavanon,
isoflavon, dan khalkon. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Senyawa
flavanoid sering ditemukan dalam bentuk glikosida. Flavonoid merupakan sejenis
senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom
karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan
(DokterSehat.com)
3.
Saponin
Berdasarkan
struktur aglikon-nya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan
glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat
asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
4.
Triterpenoid
Menurut Maryati dkk
(2007) kandungan kimia daun alpukat mempunyai campuran tujuh senyawa
triterpenoid mempunyai gugus –OH, -CH alifatik, C-C, C=O, C=C alifatik, dan
struktur tidak mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi. Triterpenoid adalah
senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa
ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis
aktif (Harborne,1987). Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat
golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung.
5.
Steroid
Steroid adalah suatu
golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
siklopentana. Senyawa steroid banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan
dapat ditemukan pada daun alpukat (Persea
americana Mill).
6.
Kuinon
Kuinon
adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada
benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua
ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai dari
kuning pucat sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya
lebih dari 450. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi empat
kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Senyawa
kuinon yang terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya
kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak
tumbuhan kasar bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil.
7.
Tanin
Tanin
merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol mempunyai rasa
sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara kimia tanin dibagi menjadi
dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tannin katekin dan tanin
terhidrolisis (Robinson, 1995). Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan,
gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu.
Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
Tanin
merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat dalam
bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer
tanin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran
senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan
karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tanin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi.
C.
Manfaat
Daun Alpukat
Bagian tanaman alpukat
yang memiliki banyak khasiat salah satunya adalah bagian daun. Penelitian yang
dilakukan oleh para ahli menyebutkan bahwa daun alpukat memiliki efek antifungi
(Rahayu dan Nurhidayat, 2009), antihipertensi (Koffi et al., 2009), antimikroba (Gomez-Flores et al., 2008), kardioprotektor (Ojewole et al., 2007), antihiperlipidemia (Brai et al., 2007), hepatoprotektor (Martins et al., 2006), antikonvulsan (Ojewole dan Amabeoku, 2006),
aktivitas hipoglikemia (Antia et al., 2005),
vasorelaksan (Owolabi et al., 2005),
serta analgesik dan antiinflamasi (Adeyemi et
al., 2002).
Secara empiris daun
alpukat digunakan untuk mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala,
nyeri syaraf, sakit pinggang, nyeri lambung, saluran nafas membengkak, dan
menstruasi tidak teratur (Biopharmaca Research Center, 2013).
1. Aktivitas diuretik
Batu
ginjal merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh adanya sedimen urin dalam
ginjal dan saluran kemih. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin merupakan salah
satu indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal. Ekstrak etanol daun alpukat
melalui penapisan fitokimia mengandung flavonoid dan mempunyai aktivitas
diuretik yang dapat memperlancar pengeluaran urin dan penghancur batu pada
saluran kemih (Wientarsih, 2012: 57-58). Hal ini juga diperkuat oleh Madyastuti
(2010) yang melaporkan bahwa pemberian infusum daun alpukat dapat menaikan laju
filtrasi glomerulus, menghambat kenaikan ureum, dan kreatinin, selain itu juga
dapat menghambat kristalisasi urin. Dengan demikian zat-zat yang terkandung
dalam daun alpukat bersifat sebagai peluruh kencing atau memiliki aktivitas diuretik.
2. Antihipertensi
Glikosida pada daun
alpukat dilaporkan memiliki aktivitas menurunkan tekanan darah (Biopharmaca
Research Center, 2013). Azizahwati (2010) dalam Lusia (2011) hasil
penelitiannya terbukti daun alpukat memberikan efek dalam penurunan tekanan
darah sebesar 58 mmHg pada mencit jantan dan 54,5 mmHg pada mencit betina
dengan pemberian dosis terapi 40 Mg/kgBB. Salah satu cara kerja daun alupukat
adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat
toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka pembuluh
darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sudarsono (1996) dalam Afdhal (2012)
menunjukkan bahwa daun alpukat dapat digunakan untuk pengobatan kencing batu
dengan cara kerja diuretik. Diuretik juga merupakan salah satu penatalaksanaan
yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Dengan kata lain, efek diuretik
yang ada dalam daun alpukat juga dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi.
Efek antihipertensi pada daun alpukat juga dijelaskan oleh Runy (2010) bahwa
seduhan daun alpukat menurunkan tekanan darah sistol 12.19 % dan diastol
sebesar 10.23%.
3. Antihiperlipidemia
Azizahwati
(2010) dalam Lusia (2011) mengatakan selain sebagai antihipertensi, hasil riset
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun alpukat memiliki efek
antihiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah kondisi yang disebabkan oleh
kandungan lemak atau kolesterol yang terlalu tinggi di dalam darah. Daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah pada penderita obesitas dengan hipertensi
akan lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Bagi yang mengalami hiperlipidemia, pola makan berlemak menjadi
penyebab utama. Hal itu ditambah dengan gaya hidup kurang gerak sehingga memicu
hiperlipidemia. Hiperlipidemia merupakan salah satu pemicu serangan jantung,
yaitu manakala kolesterol dalam darah yang mengendap sebagai plak di dinding
pembuluh darah menyumbat pembuluh darah. Hipertensi dan hiperlipidemia menjadi
penyebab kematian paling tinggi saat ini.
4. Hipoglikemia
Kandungan
senyawa kimia dalam daun alpukat yang dilaporkan dari penelitian tentang uji
aktivitas hipoglemik (kadar gula darah rendah) ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill) ditemukan senyawa
saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, dan polisakarida melalui uji fitokimia.
Penelitian mengenai khasiat daun alpukat sebagai hipolgikemik telah dilakukan
pada ekstrak air daun alpukat dengan dosis 100 mg/kg BB dapat menurunkan ±60
pada kadar glukosa darah (Antia et al,
2005).
5. Analgesik dan
Antiinflamasi
Radang
dapat disebabkan oleh kadar asam urat yang tinggi dalam darah dan dapat
menimbulkan penyakit gout. Gout
adalah radang sendi terlokalisasi yang sangat nyeri terutama di ibu jari tangan
dan kaki. Penyakit ini seringkali diawali dengan hiperurisemia yang selanjutnya mendorong terbentuknya kristal jarum
asam urat di persendian. Adanya kristal jarum asam urat akan menyebabkan
inflamasi atau peradangan yang cukup serius dan menimbulkan rasa tidak nyaman
pada penderitanya (Heinrich et al,
2009 dalam Fadhilah, 2012).
Berdasarkan
penelitian Adeyemi et al, (2002)
dalam Fadhilah, (2012) menyebutkan bahwa ekstrak air daun alpukat menunjukkan
efek analgesik dan anti-inflamasi pada tikus udema yang diinduksi oleh
karagenin. Hasil yang sama juga dibuktikan dari hasil penelitian Guevara et al, (2004) dalam Fadhilah (2012) yang
menyatakan bahwa ekstrak etanol daun alpukat dapat mengurangi peradangan
sebesar 75,6 % pada dosis 3 g/kg BB. Mengingat peradangan merupakan suatu
gejala patologis dari penyakit persendian maka daun alpukat menjadi alternatif
pengobatan gout.
6. Antimikroba
Sebagai
obat tradisional daun alpukat dilaporkan bersifat antibakteri dan dapat
menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti Staphylococcus aurus stain A
dan B, Staphylococcus albus, Pseudomonas sp, Proteus sp, Eschericeae
sp, dan Bacillus subtilis (Wijayakesuma, 1996). Hasil penelitian juga
dibuktikan oleh Aditya (2010) menyebutkan bahwa daun Alpukat (Persea americana mill.) mengandung
beberapa zat kimia seperti Saponin, Alkaloid dan Flavonoid yang mempunyai efek
antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus
aureus. Selain itu ekstrak daun alpukat juga mempunyai efek antimikroba
terhadap bakteri Escherichia coli (Nastiti,
2010).
Aktivitas
flavanoid
ini kemampuannya untuk membentuk kompleks berikatan dengan protein
ekstraseluler, protein soluble dan dinding sel. Flavanoid yang bersifat
lipofollik mempunyai kemampuan akan merusak membran sel mikroba. Rusaknya
membran dan dinding sel akan menyebabkan metabolit penting di dalam sel akan
keluar, akibatnya terjadi kematian sel. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen
heterosiklik, yang mengandung basa nitrogen. Mekanisme kerja dari alkaloid
dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinteraksi atau melekatkan diri di
antara DNA (Naim 2004 dalam Aditya 2010). Adanya zat yang berada diantara DNA
akan menghambat replikasi DNA itu sendiri, akibatnya terjadi gangguan replikasi
DNA yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel. Saponin mempunyai
mekanisme kerja pada mikroorganisme yaitu berikatan dengan kompleks
polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel dari bakteri
tersebut. Sedangkan mekanisme kerja polifenol pada mikroorganisme adalah
sebagai inhibitor enzim oleh senyawa yang teroksidasi, kemungkinan melalui
reaksi dengan grup sulfhidril atau melalui interaksi nonspesifik dengan
protein. Hambatan pada enzim tersebut akan menganggu fungsi enzim dan
substratnyal. Apabila fungsi enzim dan substrat terganggu lambat laun akan
mengakibatkan kematian sel.
Dengan
demikian, aplikasi klinis yang memungkinkan yaitu penggunaan ekstrak daun
Alpukat (Persea americana mill.)
secara topikal untuk pengobatan penyakit yang bermanifestasi pada kulit akibat
infeksi Staphylococcus aureus. Selain
itu, penggunaan ekstrak daun Alpukat secara oral untuk pengobatan diare akibat
infeksi Escheichia coli.
7. Antioksidan
Secara
umum alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan. Daun alpukat (Persea americana Mill) dilaporkan
memiliki aktifitas antioksidan dan membantu dalam mencegah atau memperlambat
kemajuan berbagai stres oksidatif yang berhubungan dengan penyakit. Alkaloid
dapat berfungsi sebagai zat antioksidan hal ini didukung oleh penelitian uji
antioksidan (Hanani, 2005). Sejumlah senyawa fenolik juga merupakan senyawa
antioksidan yang tinggi, pada penelitian Dewa (2009: 61-63) yang menguji
kandungan total fenolik pada ekstrak daun alpukat menunjukkan hasil bahwa
aktivitas penangkap radikal bebas dari sifat komponen fenolik ekstrak daun
alpukat sangat berpotensi sebagai antioksidan alami yang dapat digunakan
sebagai antioksidan bahan pangan. Shahidi dan Naczk (2004) dalam Dewa (2009:
60-62) menyatakan bahwa antioksidan senyawa fenolik dapat berperan sebagai
donor hidrogen kepada radikal bebas sehingga menghasilkan radikal stabil yang
berenergi rendah yang berasal dari senyawa fenolik yang kehilangan atom
hidrogen, struktur radikal baru ini menjadi stabil karena terjadinya resonansi
pada cincin benzenanya (radikal peroksi).
8. Antelmintik
Daun
alpukat selain mengandung flavanoid dan saponin juga mengandung tanin. Saponin
dan tanin merupakan senyawa aktif yang memiliki efek antelmintik. Saponin
memiliki efek menghambat kerja enzim kolinesterase yang menyebabkan penumpukan
asetilkolin sehingga otot cacing mengalami hiperkontraksi. Sedangkan tanin
merusak protein tubuh cacing sehingga permukaan tubuh cacing menjadi tidak
permeabel lagi terhadap zat diluar tubuh cacing. Berdasarkan hasil penelitian
Reza (2010) disimpulkan bahwa infusa daun alpukat memiliki pengaruh terhadap waktu
kematian cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Semakin tinggi konsentrasi
infusa daun alpukat, maka semakin cepat waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Dengan demikian daun alpukat bermanfaat untuk mengobati
infeksi askariasis yang sering terjadi pada anak-anak usia 3-8 tahun.
9. Insektisida
Ekstrak
daun alpukat (Persea americana Mill) mempunyai potensi sebagai
insektisida. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam suatu jenis tanaman dapat
bersifat sebagai bioaktif penolak (repellent)
nyamuk (Mustanir dan Rosnani, 2008). Hal ini diperkuat penelitian Taurina
(2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat memiliki potensi sebagai
insektisida terhadap nyamuk dewasa Culex sp. Daun alpukat (Persea
americana Mill) mengandung senyawa saponin
dan flavonoid. Flavonoid dapat menghambat kerja fosfodiesterase. Flavonoid masuk ke dalam mulut
serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel akibatnya serangga tidak
bisa bernapas dan akhirnya mati.
D.
Keamanan
Daun Alpukat
Daun alpukat (Persea Americana Mill) secara empiris
telah digunakan masyarakat sebagai obat beberapa penyakit, namun belum
mendapatkan informasi yang cukup untuk digunakan selama masa kehamilan. Selama
kehamilan ibu dan janin selalu terhubung. Obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil
dapat menembus plasenta, sehingga penggunaannya perlu berhati-hati. Berdasarkan
penelitian Anastasia (2013) manunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol daun alpukat
pada dosis 2527 mg/kgBB dan 3249 mg/kgBB memberikan efek pengurangan jumlah
fetus pada mencit. Jumlah fetus menurun dengan meningkatnya dosis ekstrak
etanol daun alpukat yang diberikan. Hal ini dikarenakan pemberian dosis
teratogen yang semakin tinggi akan mempengaruhi pembelahan sel fetus sehingga
frekuensi pembelahan sel menurun, sehingga terjadi pengurangan atau bahkan
peniadaan jumlah fetus yang dihasilkan pada awal proses pembentukan embrio
(Yulianty & Nawir, 2008).
Ramuan alami
dari rebusan daun alpukat sudah banyak dipakai untuk pengobatan tradisional
karena aman diminum asal sesuai dengan petunjuk yang disertakan. Pengaplikasian
resep obat dari daun alpukat tidak boleh sembarangan, jika belum mengetahui
komposisi takaran yang benar maka dapat bisa mengancam kesehatan tubuh. Adapun
cara pemanfaatan daun alpukat untuk kesehatan disajikan pada Tabel 2. sebagai
berikut.
Tabel 2. Cara Pemanfaatan Daun Alpukat untuk
Pengobatan
Pengobatan
|
Cara penggunaan
|
1.
Batu
ginjal
|
Ambil tujuh helai daun alpukat
segar, seduh dengan setengah gelas (110ml) air panas. Minum dua kali sehari
pagi dan sore, hingga batu ginjal keluar.
|
2.
Sakit
Pinggang
|
Lima helai daun alpukat direbus
dengan dua gelas (500 cc) air sampai airnya tinggal segelas. Setelah
diangkat, embunkan air tersebut semalam. Esok pagi baru diminum, lakukan hal
ini selama seminggu berturut-turut.
|
3.
Bengkak
|
Ambil satu buah alpukat,
lumatkan. Tambahkan sedikit air sampai seperti bubur, lalu oleskan pada
bagian tubuh yang sakit.
|
4.
Hipertensi
|
Tiga helai daun alpukat cuci
bersih, seduh dengan segelas air panas dan gelas ditutup. Setelah dingin,
minum sekaligus. Lakukan sehari sekali sampai terasa sembuh.
|
5.
Sakit
kepala
|
Rebus beberapa lembar daun
alpukat sampai mendidih kira-kira selama 5 menit. Ambil cangkir lalu isikan
sepertiganya dan tambahkan air hangat sampai penuh. Minum hingga sakit kepala
anda sembuh.
|
6.
Sakit
perut
|
Siapkan 5 gram daun alpukat
segar, 5 gram akar temu kelinci, 6 gram rimpang kunyit segar dan 6 gram daun
pegagan segar. Rebus semua bahan-bahan kedalam 115 ml air hingga mendidih.
Setelah dingin, minum air rebusan daun tersebut sehari sekali sebanyak satu
gelas.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
kajian referensi tentang kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.)
dan manfaatnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kandungan
kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea americana Mill.) antara
lain: golongan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, phlobatanin, kuinon-antaquinon,
saponin, steroid, triterpenoid, dan polisakarida.
2. Adapun
manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan antara lain: aktivitas diuretik, antihipertensi, aktivitas
hipoglikemia, antihiperlipidemia, antimikroba, antioksidan, antelmintik,
insektisida, kardioprotektor, hepatoprotektor, antikonvulsan, vasorelaksan,
serta analgesik dan antiinflamasi.
3. Keamanan
konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk pengobatan yaitu
sesuai dengan dosis/takaran dan perlu hati-hati jika dikonsumsi saat hamil
karena dosis yang tinggi dapat memberikan efek teratogen yang akan mempengaruhi
pembelahan sel fetus sehingga frekuensi pembelahan sel menurun, akibatnya
terjadi pengurangan atau bahkan peniadaan fetus yang dihasilkan pada awal
proses pembentukan embrio.
B.
Saran
Saran dari penulis yaitu diperlukan uji klinis
manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.), sehingga
masyarakat lebih yakin dengan keamanan konsumsi daun alpukat untuk pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya,
Richi., (2010). Efek Ekstrak Methanol 96%
Daun Alpukat (Persea Americana mill.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
secara in-Vitro. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya.
Afdhal
Ramadi. (2012). Perbedaan Pengaruh Pemberian
Seduhan Daun Alpukat (Persea gratissima gaerth) Terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi Laki-laki yang Perokok dengan Bukan Perokok Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padangpasir Kota Padang Tahun 2012. Padang: Universitas Andalas.
Anastasia,
K.O. (2013). Uji Teratogenik Ekstrak
Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Mencit Betina (Mus Musculus). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Unversitas Surabaya. Vol. 2. No. 1.
Antia,
et al. 2005. Hypoglycemic activity of aqueous leaf extract of Persea americana Mill.
Jurnal. Research Letter. Volume 37, Issue 5, Page 325-326.
Biopharmaca
Research Center. (2013). Alpukat (Persea
gratissima atau Persea americana.). Artikel. Diunduh pada tanggal 20 Maret
2014 dari: http://biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka2013BCCS%20Herbal%20Plants%20Collections%20Alpukat.pdf
Dewa,
G.K, dkk., (2009). Potensi Daun Alpukat
(Persea Americana Mill) sebagai Sumber Antioksidan Alami. Jurnal. Vol 2.
No. 1.
Fadhilah,
Nur. (2012). Uji Efektivitas Kombinasi
Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill.) dan Daun Salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.) Sebagai Anti Asam Urat Pada Tikus Sprague-Dawley
Jantan. Diunduh pada tanggal 20 Maret 2014 dari http://bangkitlahapotekerindonesia.blogspot.com
/2012/04/uji-efektivitas-kombinasi-ekstrak-daun.html.
Lusia
Kus Anna. (2011). Daun Alpukat untuk
Antihipertensi. Diunduh pada tanggal 18 Maret 2014 dari: http://health.kompas.com/read/2011/06/17
/03485174/Daun.Alpukat.untuk.Antihipertensi .
Kemal
Prihatman. (2000). Alpukat/Avokad. Jakarta:
BAPPENAS
Madyastuti
R. 2010. Pengaruh Infusum Daun Alpukat
(Persea americana Mill) dalam Menghambat Kristal Urin yang Diinduksikan Etilen
Glikol Pada Tikus Putih Jantan. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Maryati,
dkk., (2007). Telaah Kandungan Kimia Daun Alpukat
(Persea americana Mill.). Bandung: ITB. Diunduh pada tanggal
18 Maret 2014 dari http://bahan-alam.fa.itb.ac.id.
Nastiti,
Novia A., 2010. Uji Efektivitas Ekstrak
Daun Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli Secara In-Vitro. Tugas akhir. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
Nilda,
dkk., (2011). Isolasi Dan Karakterisasi
Senyawa Alkaloid dari Daun Alpukat (Persea americana Mill). Jurusan
Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Prawita
Lintang L., (2012). Efek Penurunan Kadar
Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) dan
Buah Oyong (Luffa acutangula L.) pada Mencit Putih Jantan yang Dibebani
Glukosa. Skripsi. Prodi Ekstensi. Departemen Farmasi Depok.
Reza
H.P., (2010). Pengaruh Infusa Daun
Alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap Waktu Kematian Cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Runy
Hernawan. (2010). Efek Seduhan Daun
Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Tekanan Darah Normal Laki-Laki Dewasa.
Artikel.
Taurina,
Devi. 2011. Uji Potensi Ekstrak Daun
Alpukat (Persea americana Mill) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Dewasa
Culex sp. Dengan Metode Semprot. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Wientarsih,
dkk., (2012). Gambaran Serum Ureum, dan
Kreatinin pada Tikus Putih yang diberi Fraksi Etil Asetat Daun Alpukat. Jurnal
Veteriner Maret ISSN : 1411 – 8327. Vol.
13 No. 1: 57-62.